Oleh: Zeinal Arifin (@af.zeyn)*
Bani Israil memang lancang! Setelah mereka diselamatkan dari kejaran Firaun, mereka menolak perintah Allah untuk memasuki Tanah yang Dijanjikan. Bahkan, mereka memerintahkan Allah dan Nabi Musa untuk pergi berperang, sementara mereka duduk manis menanti hasil peperangan. Alhasil, Allah pun hukum mereka dengan diharamkannya Tanah yang Dijanjikan itu selama 40 tahun. (Lihat Al Maidah: 24-26). Tapi, tahukah anda, bagaimana mereka menjalani masa-masa hukumannya?
Bani Israil terlunta-lunta di Padang Tih. Setiap kali mereka berjalan, selalu kembali ke tempat yang sama. Namun, selama itu, Allah gerakkan awan kemanapun Bani Israil pergi untuk menaungi mereka agar tidak kepanasan di padang pasir yang tandus. Allah kirimkan makanan berupa manna dan salwa tanpa mereka harus bersusah payah. Allah anugerahkan air tanpa harus menunggu hujan atau menemukan mata air. Cukup Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke sebuah batu, memancarlah 12 mata air! Tidak berhenti disitu, Allah kemudian turunkan Taurat sebagai pedoman agar mereka bisa menjalani kehidupan yang bahagia. Sempurna sudah kebaikan Allah.
Semua karunia ini Allah abadikan dalam Surah Al Baqarah ayat 57, 60 dan 51. Menurut Imam Al-Baghawi, Imam Ath-Thabari dan Imam Ibnu Katsir, semua karunia ini justeru Allah berikan saat mereka menjalani hukuman di padang Tih! Allahu Akbar, demikian indah cara Allah memperlakukan kaum yang tengah dihukum karena kelancangannya. Lalu, bagaimana kiranya Allah memperlakukan kaum mukmin yang taat? Ya Allah, Ya Rahman, Ya Karim, betapa Pemurahnya Engkau!
Terkadang, kita yang sering suuzhan dalam menyikapi ketentuan dan takdir-takdir Allah. Setiap kali datang ketentuan yang tidak menyenangkan, kita acapkali merasa menjadi pribadi yang tidak dicintai, usaha-usahanya tidak dihargai dan doa-doanya tidak disetujui. Padahal, betapa sering Allah memberikan anugerah yang jauh lebih berharga daripada apa yang kita minta. Atau, mungkin Allah sedang menjauhkan kita dari kehancuran akibat permintaan kita. Berkali-kali Allah tegaskan bahwa hal-hal yang tidak menyenangkan itu terkadang jauh lebih baik untuk dunia dan akhirat kita. Allah berfirman,
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Namun, bak air susu dibalas air tuba. Limpahan kebaikan itu tidak pernah mereka syukuri dan tidak menghentikan pembangkangan mereka terhadap Allah, hingga Allah murka dan menghukum mereka. Sebagian Allah hukum dengan cara saling membunuh, sementara yang lain dikutuk menjadi kera-kera yang hina. Bangsa yang Allah muliakan itu kini menjadi bangsa yang hina lagi murkai.
Itu pula yang akan terjadi pada kita, jika mengambil jalan yang sama dengan mereka.
*Pendidik mata pelajaran Fiqh Islam, Sekretaris Yayasan Al-Ihsan Kebagusan