Kepemimpinan (leadership) Bagian 1

Oleh : DR. Ibadurrahman, S.T, M.T*

Terdapat sebuah kata yang dirasa sangat “dekat”, siapapun merasa mengenalnya dan membutuhkannya, namun hanya sebagian kecil yang benar-benar memahaminya, dan hanya segelintirnya yang benar-benar “menghidupkan”nya ke dalam kehidupannya. Ia bernama kepemimpinan, dan yang menghidupkannya disebut pemimpin.

Kepemimpinan, sebuah kata yang maknanya luas dan berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana kita mengambil referensi. Definisi kepemimpinan sendiri sering disalahartikan dengan jenis/tipe kepemimpinan, teori kepemimpinan, maupun perilaku kepemimpinan.

Jika dapat disimpulkan dari berbagai definisi dan makna berbagai sumber dan referensi, kepemimpinan merupakan cara dan proses seseorang dalam memimpin, dimana harus tercapai ketiga aspek yakni memiliki pengaruh kepada orang lain, objek yang dipimpin (follower), dan tujuan yang ingin dicapai1. Adanya ketiga elemen tersebut merupakan penentu bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin atau bukan, terlepas dari bagaimana sifat pemimpin tersebut maupun perilaku kepemimpinannya.

Jenis/Tipe Kepemimpinan

Jenis/tipe kepemimpinan yang dijabarkan dibawah ini merupakan yang paling umum. Terdapat tipe/jenis kepemimpinan lainnya yang mungkin tidak bisa dijabarkan disini satu persatu.

  1. Kepemimpinan Strategis (Kepemimpinan secara umum)

“Kepemimpinan” yang biasanya dijabarkan dalam berbagai artikel ataupun pembahasan umum dapat dikatakan sebagai Kepemimpinan Strategis. Kepemimpinan jenis ini merupakan yang paling umum, dan secara tidak sadar paling banyak diterapkan dalam segala kondisi dan situasi. Kepemimpinan Strategis sendiri jika dapat diartikan merupakan daya dan usaha untuk memberikan pengaruh kepada orang lain guna mencapai tujuan strategis.

Kepemimpinan jenis ini menitikberatkan kepada seberapa besar pengaruh sang pemimpin yang dapat diupayakan agar tujuan tercapai. Sehingga, karisma sang pemimpin merupakan sumber penggerak utama sehingga pengaruh kepemimpinan mampu menjangkau luas dan berdampak besar. Dampak dari pengaruh tersebut adalah hadirnya kemauan, dukungan hingga loyalitas individu yang dipimpinnya atau bahkan orang lain untuk mencapai tujuan yang dibawa oleh sang pemimpin.

Oleh karena karisma merupakan titik tumpu dari jenis kepemimpinan yang paling umum ini, sosok maupun kepribadian sang pemimpin merupakan hal yang paling krusial dalam memberikan pengaruh, keterlibatan, motivasi dan dukungan dalam kesuksesannya (tercapainya tujuan). Besar atau kecilnya pengaruh dan dampak yang ditimbulkan bergantung penuh pada “sosok” tersebut. Sehingga dalam dunia profesionalisme, terdapat pelatihan maupun coaching untuk membentuk karisma dan kepribadian seseorang dalam mempersiapkan dirinya sebagai pemimpin2.

Selain itu, terdapat faktor eksternal yang secara tidak langsung mempengaruhi dampak dari karisma sang pemimpin, yakni persepsi publik atau istilahnya “public image”. Faktor eksternal ini dapat mendorong efek kepemimpinan maupun dapat menjadi hambatan. Oleh karenanya, tidak sedikit individu yang melakukan cara instan untuk mengubah persepsi publik dengan cara pencitraan. Pencitraan yang dilakukan dalam skala besar dan jangka waktu panjang disebut propaganda.

  1. Kepemimpinan Manajerial

Sesuai dengan namanya, Kepemimpinan Managerial merupakan kepemimpinan dalam konteks  manajerial dimana proses kepemimpinan diharapkan mampu untuk memberikan pengaruh ke seluruh tenaga pekerja agar berupaya mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien. Kepemimpinan jenis ini biasanya dijumpai pada ranah dunia kerja dan profesionalisme.

Kepemimpinan Manajerial berbeda dengan Manajerial. Keduanya merupakan dua keahlian yang berbeda yang diterapkan di dunia kerja. Walaupun memang beririsan, masing-masing memiliki tujuan dan metode yang berbeda. Akan tetapi, seorang pemimpin yang ideal harus mampu menguasai keahlian manajerial guna memotivasi dan menjadi contoh dalam menjadi manajer yang baik.[3]

  1. Kepemimpinan Sipil

Kepemimpinan Sipil merupakan kepemimpinan dalam ranah pemerintahan ataupun lembaga pemerintahan yang bertugas dalam mejalankan roda administrasi kepemerintahan/negara, oleh karenanya Kepemimpinan ini sering pula disebut sebagai Kepemimpinan Administratif. Pada kepemimpinan jenis ini, keahlian dan pengetahuan yang terkait dengan bidang kerjanya serta keahlian administrasi memiliki peranan paling penting dalam proses kepemimpinan. Kepemimpinan ini sangat beririsan dengan kepemimpinan manajerial, akan tetapi lebih ke arah manajerialnya.

  1. Kepemimpinan Militer

Kepemimpinan Militer merupakan kepemimpinan yang hampir sama dengan Kepemimpinan Sipil, namun berbeda pada kondisi dan lingkungan kerjanya yang memang dituntut untuk bekerja dalam segala kondisi. Di beberapa tempat di dunia, kepemimpinan jenis ini hampir sepenuhnya otoriter dikarenakan hirarki dan loyalitas merupakan hal yang paling utama dalam proses mencapai tujuan militer, sangat berbeda dengan kepemimpinan lainnya.

Dalam kondisi damai, kepemimpinan otoriter dapat menghambat perkembangan individu di dalam kelompok tersebut, akan tetapi dalam kondisi perang, kepemimpinan ini mungkin lebih tepat untuk mencapai tujuan dengan efektif. Saat kondisi konflik, kepemimpinan yang otoriter dapat berstrategi dan mengambil langkah lebih cepat dibandingkan sistem demokrasi. Salah satu contohnya adalah negara Romawi sebagai Republik, dimana saat terjadi peperangan dengan negara lain, akan diangkat seorang dictator (pemimpin negara otoriter) selama jangka waktu tertentu dengan tujuan memenangkan konflik secepat mungkin tanpa perlunya persetujuan senat (perwakilan rakyat) dalam pengambilan keputusan.[4]

Secara umum, jenis/tipe kepemimpinan yang telah dijabarkan diatas saling beririsan dan hampir tidak bisa dibedakan satu sama lain, walaupun jika dilihat secara detil, masing-masing akan memiliki ciri kepemimpinan berbeda satu dengan yang lainnya tergantung pada posisi/bidangnya. Sebagai contoh, pada zaman abad pertengahan, banyak pemimpin negara (raja) yang juga bertugas sebagai pemimpin pasukan (komandan). Semakin mendekati ke zaman modern saat ini, memimpin suatu negara dibagi-bagi dari presiden hingga ke menteri-menterinya (Menteri Sekretaris Negara sebagai kepemimpinan manajerial, Menteri Dalam Negeri sebagai kepemimpinan sipil, Menteri Pertahanan sebagai kepemimpinan militer, dan seterusnya).[5]

Sifat seorang Pemimpin

Berikut ini dirangkum dari berbagai sumber, sifat-sifat khusus bilamana terkumpul pada diri seseorang maka akan menjadikan orang tersebut pemimpin terbaik.[6]

  1. Kecerdasan

Kecerdasan atau kapasitas mental seseorang sangat berkorelasi positif dengan kepemimpinannya. Kemampuan berstrategi, mengamati, dan menganalisis menciptakan pemimpin  yang terbaik. Tidak semua orang mampu memiliki kemampuan ini. Kecerdasan harus dilatih dan diasah sejak masih kecil, oleh karena itulah orang tua memiliki peranan penting dalam mencetak pemimpin besar, yaitu dengan mengirimkan sang calon pemimpin untuk menuntut ilmu dan berguru pada ulama sedari kecil.

  1. Percaya diri

Rasa percaya diri pada seseorang menciptakan keyakinan akan kemampuan dan keterampilannya. Sifat ini harus mencakup memiliki harga diri (kemuliaan) dan disiplin yang tinggi. Dengan adanya sifat ini seorang pemimpin mampu membuat perbedaan. Keseluruhan sifat ini dapat dilatih dan diasah.

  1. Tekad yang kuat

Tekad yang kuat menjadikan seseorang mampu dan mau untuk melakukan pekerjaan yang berat. Sifat ini harus mencakup karakteristik khusus seperti keteguhan, ketekunan, dan hadirnya motivasi pada setiap langkah. Sifat ini yang paling membedakan antara pemimpin dengan bukan pemimpin. Adanya motivasi internal dipadu dengan visi yang konkrit membuat seseorang mampu memiliki tekad.

  1. Integritas

Integritas berarti memiliki kejujuran, ilmu untuk mencari kebenaran dan mampu diandalkan. Dengan demikian, seseorang yang memegang teguh prinsip-prinsip yang dimiliki dan menerima segala tanggung jawab atas segala akibat dari tindakannya dapat dikatakan individu yang memiliki integritas.

  1. Kehangatan

Sifat ini tidak bisa dipalsukan (berpura-pura). Sifat ini membuat seseorang untuk membentuk hubungan sosial yang positif dengan orang lain (komunikatif). Hal ini ditunjukkan dengan keramahan, kemurah hatian, dan mudahnya beradaptasi pada diri seorang pemimpin. Sikap, bahasa tubuh, dan nada serta intonasi suara sangat berpengaruh terhadap kehangatan yang dihadirkan.

  1. Kehadiran

Kehadiran merupakan kemampuan untuk senantiasa hadir saat berkomunikasi terhadap orang lain, memiliki rasa simpati dengan orang lain, dan menunjukkan minat terhadap situasi mereka.  Salah satu contoh gesture tubuh yang paling dasar dari kehadiran adalah melakukan kontak mata pada lawan bicara. Dari sifat sinilah muncul kemampuan berdiplomatis.

Secara umum, jika kesemua sifat diatas berkumpul dalam diri seseorang, dipastikan ia memiliki karisma yang akan membantunya dalam menjalankan kepemimpinan. Cara terbaik untuk memunculkan nilai-nilai diatas pada diri seseorang bukanlah dengan mempelajari teorinya, akan tetapi membaca dan menelaah riwayat atau kisah kepemimpinan yang sarat akan sifat-sifat pemimpin yang ideal. Jangan salah pula memilih idola pemimpin yang dianggap baik namun sebenarnya tidak baik karena manusia cenderung memiliki impostor syndrom (suka menyamar/mengikuti). Oleh karena itu, pilihlah idola ataupun bacalah buku riwayat kepemimpinan yang memang pilihan kaum terpelajar (ulama) sehingga tidak ada jejak keburukan yang akan menempel pada diri kita.[7]

Referensi:

  • The Principles of Leadership: in the light of islamic heritage and the american experience oleh Dr. Yusuf bin ‘Uthman Al-Huzaim (Maktaba Darussalam, 2011).
  • The Charisma Myth oleh Olivia Fox Cabane (Penguin, 2011)
  • The five most important questions you will ever ask about your organization oleh Peter F. Drucker et. al. (Jossey-Bass, 2008)
  • Rome’s Transition from Republic to Empire oleh Sarah Appleton, National Geographic Society, nationalgeographic.org, (diakses pada 6 November 2023)
  • Strategies of Prophet Muhammad oleh Omar Khayyam Sheikh (Maktaba Darussalam, 2013)
  • Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah oleh Dr. Michael H. Hart (New York, 1978)
  • Aspek-aspek filosofi kepemimpinan dalam Al-Quran dan As-Sunnah oleh Hafniati (Al-Adyan, 2018)
  • Umar Bin Abd Al-Aziz oleh Dr. Ali Muhammad As-Sallabi (Maktaba Darussalam, 2010)

[1] Untuk membahas definisi dari kata kepemimpinan, kita perlu menurunkannya dulu dari sisi linguistik (bahasa). Akan tetapi, pembahasan asal kata kepemimpinan (word origin) dengan Bahasa Indonesia sulit dilakukan karena kurangnya penjelasan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dimana Bahasa Indonesia sendiri sebagian besarnya merupakan serapan dari bahasa melayu. Pada sisi lain, penjelasan dalam kamus melayu juga tidak selengkap kamus bahasa Inggris maupun bahasa Arab yang berbagai pernak pernik hingga asal katanya dijabarkan. Sebagian besar tulisan berbahasa Indonesia tentang kepemimpinan hanya sebatas mengartikan kata ini sesuai dengan definisi penulis, penerjemahan dari  bahasa lain, atau mengikuti apa yang tertuang dalam KBBI yang tentunya sangat terbatas. Sebenarnya, sudah banyak studi dan buku tentang kepemimpinan dalam bahasa asing yang membahas definisi kepemimpinan dari sisi bahasa (linguistik), dari sisi konsep maupun pandangan penulis, dan lebih penting lagi dari sudut pandang agama (Al-Qur’an dan As-Sunnah), yang mana sangatlah penting untuk dibaca guna memperluas cakrawala dan pemahaman. Salah satu buku yang patut dibaca mengenai topik ini dikarenakan luasnya cakupan yang dibahasnya adalah The Principles of Leadership: in the light of islamic heritage and the american experience oleh Dr. Yusuf bin ‘Uthman Al-Huzaim (Maktaba Darussalam, 2011). Beliau membahas topik ini mulai dari sudut pandang umum (definisi, teori, dan sebagainya), dari sisi agama, dari pandangan berbagai ulama dan akademisi, dari aspek historis dan pemimpin dunia terkemuka, pada perbandingan kepemimpinan dari berbagai budaya, hingga penjelasan sumber masalah dan penerapannya yang kemudian mengerucut pada pemberian solusi secara nyata dan aplikatif.

[2] Topik karisma sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan. Pembahasan topik ini sama pentingnya dengan pembahasan mengenai kepemimpinan. Buku The Charisma Myth oleh Olivia Fox Cabane (Penguin, 2011) membahas topik ini secara mendalam serta langkah-langkah untuk membentuknya. Topik mengenai karisma patut dibahas tersendiri.

[3] Kepemimpinan Strategis dan Kepemimpinan Manajerial hampir tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Buku The five most important questions you will ever ask about your organization oleh Peter F. Drucker et. al. (Jossey-Bass, 2008) membahas keorganisasian/lembaga dari sisi kepemimpinan dan manajerial.

[4] Dari sinilah muncul kata diktator yang berarti pemimpin yang otoriter. Setelah Julius Caesar menang dalam perang sipil, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai diktator untuk seumur hidup, sejak saat itulah Romawi berubah menjadi kekaisaran [Rome’s Transition from Republic to Empire oleh Sarah Appleton, National Geographic Society, education.nationalgeographic.org, (diakses pada 6 November 2023)].

[5] Jika ingin menggali lebih jauh lagi bagaimanakah jika seluruh jenis/tipe kepemimpinan berada pada diri seorang pemimpin, maka dapat dibaca sejarah/kisah Nabi Muhammad dalam buku Strategies of Prophet Muhammad oleh Omar Khayyam Sheikh (Maktaba Darussalam, 2013) dimana beliau berperan sebagai kepala negara, kepala militer, kepala administrasi dan pemerintahan, serta sebagai guru dan Rasul. Beliau satu-satunya orang di dunia yang sangat-sangat sukses pada ranah religius dan sekuler (kenegaraan) [Seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah oleh Dr. Michael H. Hart (New York, 1978)].

[6] Pada artikel ini tidak dijelaskan berbagai karakteristik kepemimpinan dari sisi agama (Al-Quran dan As-Sunnah) karena sudah banyak yang membahasnya. Artikel ilmiah Aspek-aspek filosofi kepemimpinan dalam Al-Quran dan As-Sunnah oleh Hafniati (Al-Adyan, 2018) membahas banyak aspek mengenai kepemimpinan dari sisi agama, mulai dari pengertian, dasar-dasar, filosofis, kriteria, hingga tujuan.

[7] Selain riwayat Nabi Muhammad, kisah kepemimpinan seperti khulafaur rashidin dan pemimpin ideal lainnya patut untuk dibaca dan dipelajari oleh calon pemimpin. Salah satu riwayat pemimpin ideal yang tidak kalah pentingnya adalah kisah kepemimpinan Umar Bin Abd Al-Aziz oleh Dr. Ali Muhammad As-Sallabi (Maktaba Darussalam, 2010) yang sarat akan keseluruhan sifat ideal seorang pemimpin.

 

*Pendidik mata pelajaran Fisika, Ketua Yayasan Al-Ihsan Kebagusan

Bagikan